Vaginismus, Salah Satu Penyebab Wanita Tidak Bisa Berhubungan Intim
Sumber-Informasi.com - Vaginismus merupakan kondisi rasa takut berlebihan akan adanya penetrasi dengan gambaran nyata terjadinya kekakuan otot-otot pada daerah kewanitaan, sehingga penetrasi pada Miss V tak bisa berlangsung.
Penetrasi di sini bukan hanya sebatas sensual, tetapi juga penetrasi dalam bentuk lain, yaitu penggunaan tampon haid, penetrasi jari sendiri, serta pemeriksaan rutin oleh dokter spesialis kandungan, yaitu pemeriksaan dalam dan USG transvaginal.
Vaginismus bukanlah respons yang dibuat-buat oleh pasien. Reaksi vaginismus bukanlah sesuatu yang disadari oleh pasien karena ia tidak bisa mengontrol respons tersebut. Vaginismus itu nyata adanya. Vaginismus yang tidak tertangani telah mengakibatkan kehancuran pada banyak pasangan.
Mereka tidak bisa memiliki keturunan, tidak bisa dilakukan pemeriksaan dalam organ kandungan, tidak bisa menjalani program hamil (seperti inseminasi ataupun bayi tabung), menyebabkan keretakan hubungan antarpasangan, menyebabkan gangguan ereksi pada pria, serta mengakibatkan perpisahan pasangan.
Penetrasi di sini bukan hanya sebatas sensual, tetapi juga penetrasi dalam bentuk lain, yaitu penggunaan tampon haid, penetrasi jari sendiri, serta pemeriksaan rutin oleh dokter spesialis kandungan, yaitu pemeriksaan dalam dan USG transvaginal.
Vaginismus bukanlah respons yang dibuat-buat oleh pasien. Reaksi vaginismus bukanlah sesuatu yang disadari oleh pasien karena ia tidak bisa mengontrol respons tersebut. Vaginismus itu nyata adanya. Vaginismus yang tidak tertangani telah mengakibatkan kehancuran pada banyak pasangan.
Mereka tidak bisa memiliki keturunan, tidak bisa dilakukan pemeriksaan dalam organ kandungan, tidak bisa menjalani program hamil (seperti inseminasi ataupun bayi tabung), menyebabkan keretakan hubungan antarpasangan, menyebabkan gangguan ereksi pada pria, serta mengakibatkan perpisahan pasangan.
Vaginismus sebetulnya telah dikenal sejak dulu. Sejarah pertama kali mencatat vaginismus terjadi di Italia pada 1547. Namun, karena faktor ketidakterbukaan pasien dalam mencari pengobatan, serta masih minimnya pembahasan ilmiah mengenai vaginismus di dalam dunia kedokteran, menyebabkan penyakit ini tidak dipahami secara luas oleh berbagai pihak. Hal itu membuat pasien sering kali tidak bisa mendapatkan jalan keluar atas permasalahan yang dihadapinya.
Hingga saat ini, penyebab keadaan vaginismus belum secara pasti diketahui. Beberapa pemahaman yang salah terkait dengan seksualitas dan organ reproduksi perempuan sering menyertai keadaan ini, di antaranya ialah:
- Mempunyai pemahaman negatif dan buruk pada seks.
- Sikap yang menganggap seks selalu dosa dan kotor.
- Miss V merupakan area tubuh yang menjijikkan.
- Berhubungan intim pada malam pertama akan sangat menyakitkan, mengakibatkan cacat dan luka mengeluarkan darah. Untuk mengobati luka pendarahan bisa menggunakan cytotec yang dapat anda peroleh di toko atau apotik tempat jual cytotec.
- Perasaan takut hamil serta takut terkena penyakit kelamin.
- Persepsi bahwa Miss V terlalu kecil dan akan robek saat penetrasi.
Sebagaimana penyakit-penyakit lain pada manusia, vaginismus juga memiliki beberapa derajat keparahan. Terdapat lima tingkat keparahan vaginismus.
- Derajat satu, yakni kekakuan minimal, bisa pulih sesudah diberi pengertian dan ditenangkan. Pada akhirnya dapat dilakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan nyaman.
- Derajat dua, yakni kekakuan luas. Pasien tetap kaku sesudah diberi pemahaman, dan tak bisa tenang ketika pemeriksaan.
- Derajat tiga, kekakuan lumayan parah. Penderita akan mengangkat bokongnya untuk mengelak pemeriksaan.
- Derajat empat, pasien mundur, mengangkat bokong, beringsut jauh, menutup rapat pahanya guna menghindari penetrasi dalam bentuk apa saja.
- Derajat lima, muncul reaksi tubuh menyeluruh, seperti peningkatan denyut jantung, napas terengah-engah, gemetar, mual muntah, melarikan diri, meloncat dari meja pemeriksaan, pingsan, menangis, muntah, bahkan menyerang dokter pemeriksa.
Pada penderita vaginismus dengan derajat rendah (1 atau 2), biasanya, pasien akhirnya dapat sembuh seiring berlalunya waktu. Sikap pasangan yang pengertian, memberikan ketenangan dan dorongan, serta pemberian informasi koreksi terhadap pemahaman yang salah, dapat mengantisipasi keadaan ini dan akhirnya pasangan suami istri berhasil melakukan hubungan intim.
Namun, pada pasien vaginismus yang derajat keparahannya lebih tinggi, walaupun sudah diberikan pengertian dan dorongan yang cukup, vaginismusnya tetap ada hingga bertahun-tahun lamanya.
Vaginismus yang tidak tertangani selama bertahun-tahun, membuat seorang perempuan dapat melewatkan usia reproduksinya begitu saja.
Pasien vaginismus akan mengalami kesulitan yang berlapis. Selain tidak berhasil melakukan hubungan intim, ia pun akan menghadapi kesulitan punya anak yang tidak dapat ditindaklanjuti oleh dokter. Pemeriksaannya akan terhambat, karena melibatkan unsur penetrasi di dalamnya (pemeriksaan dalam dan USG transvagina).
Pada program hamil dengan reproduksi berbantu (inseminasi atau bayi tabung), tetap diperlukan pemeriksaan USG transvaginal dan penggunaan alat pada Miss V untuk transfer sperma atupun embrio, sehingga penderita vaginismus akan menemui jalan buntu.
Vaginismus sangat mungkin untuk disembuhkan. Pada dasarnya, semua pasien vaginismus akan mengawali penyembuhan dengan proses dilatasi menggunakan dilator. Dilatasi merupakan upaya untuk menyimulasikan penetrasi menggunakan alat berbentuk tabung yang lunak dan lentur, sehingga pasien mengalami penetrasi dan terbiasa untuk mengalami penetrasi.
Setiap pasien memiliki karakteristik sendiri-sendiri terkait dengan upaya penyembuhan ini. Ada yang bisa begitu saja memulai dilatasi sendiri, tetapi pada yang derajatnya parah, memulai dilatasi sendiri akan sangat sulit bahkan mustahil dilakukan.
Upaya bantuan berupa dilatasi ini dapat dilakukan dengan mudah. Melalui prosedur ringan dan sederhana yang di dalamnya juga melibatkan penggunaan Botox, yaitu obat yang dapat melemahkan kekakuan otot-otot daerah Miss V, sehingga pasien dapat segera memulai dilatasi mandiri seusai prosedur dengan lebih mudah.
Prosedur ini dipelopori oleh Peter T Pacik, MD.FACS, yaitu dokter spesialis bedah plastik di New Hampshire (Amerika Serikat), dengan angka keberhasilan mencapai 90% (www.vaginismusmd.com), serta telah mendapatkan sertifikasi pengesahan penelitian dari FDA sebagai BPOM setempat.
Dengan pasien telah dapat melakukan dilatasi mandiri, maka selanjutnya pasien dapat dilakukan penetrasi dengan mudah dan tanpa rasa nyeri.
Setiap pasien memiliki karakteristik sendiri-sendiri terkait dengan upaya penyembuhan ini. Ada yang bisa begitu saja memulai dilatasi sendiri, tetapi pada yang derajatnya parah, memulai dilatasi sendiri akan sangat sulit bahkan mustahil dilakukan.
Upaya bantuan berupa dilatasi ini dapat dilakukan dengan mudah. Melalui prosedur ringan dan sederhana yang di dalamnya juga melibatkan penggunaan Botox, yaitu obat yang dapat melemahkan kekakuan otot-otot daerah Miss V, sehingga pasien dapat segera memulai dilatasi mandiri seusai prosedur dengan lebih mudah.
Prosedur ini dipelopori oleh Peter T Pacik, MD.FACS, yaitu dokter spesialis bedah plastik di New Hampshire (Amerika Serikat), dengan angka keberhasilan mencapai 90% (www.vaginismusmd.com), serta telah mendapatkan sertifikasi pengesahan penelitian dari FDA sebagai BPOM setempat.
Dengan pasien telah dapat melakukan dilatasi mandiri, maka selanjutnya pasien dapat dilakukan penetrasi dengan mudah dan tanpa rasa nyeri.