Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
iklan space 728x90px

Sajak, Pengalaman, dan Potret Diri


Sumber-Informasi.com - Menulis sajak pada dasarnya menulis diri sendiri. Oleh karena itu menulis sajak sebenarnya memperjuangkan kehadiran diri pribadi secara utuh dan juga wajar. Sajak memang bisa menghadirkan realitas alam sekitar, sosok orang lain, masalah sosial dan kebudayaan dengan seluruh aspek dan variasinya. Akan tetapi objek-objek itu selalu dan mesti dihadirkan dari sudut pandang penyair itu sendiri.

Cara pandang terhadap realitas dan masalah itulah yang kemudian menjadikan sajak sebagai potret diri penyairnya. Dari sajak-sajak seorang penyair kita akan mendapatkan gambaran utuh-telanjang sosok diri penyair itu sendiri. Sajak tak mungkin digunakan untuk berbohong dan bila digunakan untuk berbohong maka kebohongan itu akan memberitahu pembaca dengan sendirinya. Sikap dan pandangan seorang penyair, juga isi kegelisahan kepalanya, mewujud utuh dalam sajak-sajaknya.

Sebagai potret diri penyair, sajak dengan segera akan memberitahu pembaca siapa dan bagaimana penyair itu. Dan bila dalam sajak penyair itu ada sebagian diri penyair lain, karena terlalu terpengaruh misalnya, diri penyair lain itu tak akan hilang bila diri penyair itu tak berusaha menempatkan penyair lain sebagai realitas dan masalah yang sedang dipandang.

Tentu setiap penyair sangat perlu membaca karya-karya penyair lain, mengunyahnya sebagai makanan bahkan vitamin. Tanpa itu seorang penyair, selain akan kurang sehat, juga memungkinkan menulis sesuatu yang sudah ditulis penyair lain dengan bagusnya. Ia tak akan memberikan apa-apa kepada dunia perpuisian. Padahal menulis puisi, selain kegiatan kreatif pribadi, juga kegiatan kreatif di tengah perjalanan dan hamparan estetika suatu khasanah perpuisian. Suatu dialektika perjuangan menemukan estetika sajak di tengah dan dengan berpijak pada estetika perpuisian sebelumnya.


Menulis sajak pada akhirnya menegakkan perjuangan estetika. Sebuah pergulatan yang meminta seluruh energi diri seorang penyair. Ia mesti bertempur dengan dunia dalam diri dan dunia di luar diri penyairnya, termasuk hamparan estetika yang telah ada. Ia mesti berkeringat menemukan kesegaran-kesegaran pengucapan.

Namun mesti segera diingat kesegaran yang dimaksud bukanlah semata hanya mengacu pada pembaharuan dengan makna melakukan pemberontakan estetika seperti pernah dilakukan Chairil Anwar dan Sutardji Calzoum Bachri misalnya. Kesegaran setidaknya cukuplah dipahami sebagai usaha melakukan defamiliarisasi (ketidakakraban) yang mampu membuat pembaca terkejut lalu terbetot masuk ke dalam dunia sebuah sajak.

Tentu banyak cara untuk menjadi diri sendiri dalam menulis sajak. Namun yang paling penting menulislah tentang sesuatu (pengalaman) yang diakrabi. Mungkin tidak orisinal, tetapi cukup otentik dalam pengalaman hidup kita. Pengalaman bisa didapat langsung dari kehidupan sehari-hari (di dalam dan di luar diri) lalu dihadirkan menjadi sajak, bisa juga digali melalui berbagai bacaan, termasuk karya-karya orang lain.

Akan tetapi baik pengalaman langsung maupun pengalaman bacaan baru akan muncul sebagai sajak bagus bila dicerna, digeluti, dan dihadirkan melalui sikap dan pandangan diri sendiri. Itu sebabnya objek, masalah, atau sosok orang lain (termasuk penyair) yang muncul dalam sajak adalah objek, masalah, atau sosok yang telah dicerna dalam seluruh pergulatan dan kegelisahan kita.

Sekaitan dengan pengalaman, mulailah kita mempercayai bahwa pengalaman itu sumber terbaik dan otentik untuk menulis sajak. Bacaan yang pernah kita baca, juga karya-karya orang lain, mesti ditelan halus, untuk kemudian diserap agar menjadi (setelah melalui semacam transformasi) diri kita sendiri. Dalam bahasa Sutardji Calzoum Bachri, "Aku tak mau jadi bayam, kata popeya, sambil makan bayam".

Kalau itu terjadi maka tak akan pernah sajak kita dibayangi sosok penyair lain dan karena itu orang lain tak akan menuduh kita terpengaruh, apalagi plagiat. [Sumber: Moh. Wan Anwar]

Maman Soleman
Maman Soleman Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Sumber Informasi di Google News