Cerita Pendek Anak-anak: Buah Kejujuran Nadia
Cerita Pendek Anak-anak, Sumber-Informasi.com - Betapa kagetnya Nadia saat Bu Susi wali kelasnya, menyuruh semua anak bersiap mengikuti ulangan matematika tema kesatu pagi ini. Nadia lupa menghafal untuk ulangan kali ini, karena ia sibuk dengan kegiatan di Rumah Batik, tempat ia belajar membatik.
Walau Nadia lupa beberapa rumus, tapi Nadia bertekad tidak akan menyontek. Ia pasrah jika nilai hasil ulangannya buruk, hingga ia harus mengikuti ulangan perbaikan.
"Lebih baik diher saja daripada aku harus menyontek," gumam Nadia penuh kesedihan, sambil mengumpulkan kertas ulangannya kepada Bu Susi.
“Nadia!" panggilan Bu Susi siang itu mengagetkan Nadia yang tengah bersiap pulang. "Tidak biasanya hasil ulanganmu buruk. Kamu tidak berlatih di rumah sebelumnya?" tanya Bu Susi.
"Maafkan saya Bu. Saya lupa berlatih untuk menghadapi ulangan tema kesatu. Kemarin saya sibuk mengikuti kegiatan membatik di Rumah Batik. Saya ingin ikut melestarikan batik, Bu," jawab Nadia sambil menunduk. Saya mohon bisa diher untuk memperbaiki nilai ulangan saya, Bu," Nadia mencoba meminta ulangan perbaikan.
"Baik, besok siang sepulang sekolah, kamu coba perbaiki nilai ulanganmu,'' ucap Bu Susi.
Malam harinya, Nadia sibuk berlatih soal matematika dengan bermacam-macam rumus. Ia tidak mau hasil ulangannya yang buruk kembali terulang.
Setelah dentang bel tanda sekolah usai, semua murid SD Melati dan teman-teman Nadia meninggalkan kelas. Hanya Nadia sendiri di dalam kelas, berkutat sendirian mengerjakan soal-soal ulangan matematika, sebagai ulangan perbaikan dari ulangan sebelumnya. Saat Nadia asyik mengerjakan soal, tanpa ia sadari Bu Susi dan kepala sekolah terus memperhatikannya dari balik jendela.
"Nadia anak yang jujur dan peduli pada kebudayaan, khususnya seni batik, Bu. Ia begitu rajin mengikuti kelas membatik yang diadakan Rumah Budaya Batik," kata Bu Susi bercerita tentang Nadia kepada Bu Hernita, Kepala SD Melati.
"Nadia lebih memilih mengikuti ulangan perbaikan daripada ia harus menyontek. Coba saja Ibu perhatikan, ia sendirian di dalam kelas mengerjakan ulangan perbaikan. Tapi tidak sedikit pun ia mencoba membuka buku catatan, atau menelefon seseorang minta bantuan agar nilai ulangannya bogus," Bu Susi kembali meyakinkan Bu Hernita akan kejujuran Nadia.
"Baiklah Bu Susi, kalau memang Nadia anak yang jujur serta rajin namun orangtuanya kurang mampu, berarti ia pantas mendapatkan beasiswa yang diberikan oleh yayasan sekolah kita, untuk pengembangan segala bakat dan minatnya," ucap Bu Hernita dengan perasaan lega karena berhasil menemukan anak yang tepat yang akan menerima beasiswa dari Yayasan SD Melati.
Usai mengumpulkan kertas ulangannya pada Bu Susi, Nadia pun diberi tahu Bu Susi jika ia akan mendapat beasiswa penuh hingga kelas VI dari Yayasan SD Melati. Betapa girangnya Nadia mendengar kabar itu. Tidak sabar ia ingin segera pulang menyampaikan kabar baik ini pada ibunya.
Tiba di rumah, Nadia segera menceritakan kabar tentang beasiswa ini kepada ibunya, Bu Dewiana. Ibunya Nadia hanya tersenyum mendengar Nadia yang tengah bercerita dengan penuh semangat. Karena sesungguhnya, sebelum mengabari pada Nadia, Bu Susi sudah lebih dulu mengabari Bu Dewiana tentang beasiswa ini, melalui pesawat telefon.
Sambil mengusap kepala Nadia, Bu Dewiana berkali-kali mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa, karena diberi seorang putri yang begitu teguh memegang kejujuran, hingga kejujurannya berbuah beasiswa yang begitu bermanfaat. [Dealova Chintya F]