Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
iklan space 728x90px

6 Kelainan Perkembangan Anak yang Perlu Dikenali

Sumber-Informasi.com - Perkembangan anak yang mulus dan normal sesuai dengan panduan kesehatan fisik, psikologis, sosial, kebahasaan, dan seluruh aspek kehidupan memang menjadi harapan. Namun, kelainan atau gangguan itu memang ada dan menimpa sebagian anak-anak, yang mereka pun optimistis memiliki masa depan yang baik. Autisme adalah salah satu dari sekian banyak kelainan perkembangan anak. Ada banyak lagi kelainan yang mirip tetapi sebenarnya berbeda dan membutuhkan jenis terapi yang berbeda-beda pula.

Autisme mungkin istilah yang sudah semakin familier saat ini. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran, jenis kelainan perkembangan anak semakin dikenali secara spesifik sehingga berkembang pula terapi yang berkaitan dengan jenis kelainan masing-masing.

Kelompok autism spectrum disorder (ASD) adalah beberapa kelainan perkembangan yang bersifat berat. Alasannya, kelainan yang tergolong ASD meliputi lebih banyak area yang terganggu, yaitu kemampuan berbahasa, kemampuan berinteraksi, dan kemampuan kognitif. Secara keilmuan, ada tiga kelainan yang masuk dalam ASD berdasarkan klasifikasi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Ketiganya adalah kelainan autistik atau autisme, sindrom asperger, dan pervaswe developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS).

Pengelompokan ini sesungguhnya lantaran ada beberapa pakar yang tidak sepakat karena perbedaan kemampuan kognitif dari masing-masing kelainan. Memang ada kelainan yang mirip, meski masing-masing kelainan memiliki long term outcome yang berbeda-beda.

Karena setiap kelainan harus ditangani secara berbeda sehingga sebaiknya masyarakat mengenali kondisi umum dari berbagai kelainan perkembangan yang ada. Bukan hanya kelainan yang masuk dalam kategori ASD, tetapi juga kelainan lain yang mirip dengannya.

Bila dideteksi secara dini, orangtua dan dokter akan lebih mudah menentukan terapi yang tepat supaya ada perbaikan. Diagnosis kelainan itu seharusnya sudah ditegakkan ketika anak berusia 1,5 tahun sampai 3 tahun, tapi akan lebih efektif ketika kelainannya sudah diklasifikasikan di bawah tiga tahun.

Oleh karena itu, orangtua harus jeli melihat perkembangan anaknya. Ada milestone perkembangan anak yang bisa menjadi patokan. Misalnya, kapan usia sudah bisa duduk, juga kapan seharusnya kemampuan bahasa berkembang. Deteksi dini dan sangat dini menjadi sangat penting karena bila intervensi dilakukan sangat dini akan terlihat perkembangan anak yang sangat baik.

ASD
Anak dengan ASD memiliki perilaku yang maladaptif, yaitu perilaku yang tidak umum dibandingkan anak seusianya. Misalnya, dia suka memutarkan badan, mengepak-ngepakkan jari, bertepuk tangan, atau anak senang melihat jari tangannya sendiri dengan posisi tangan di atas garis mata.

Anak juga bisa bergerak terus, bahkan bisa menyakiti diri sendiri seperti memukul-mukul kepala dan menarik daun telinganya. Perilaku maladaptif itu dilakukan berulang-ulang sehingga sifatnya sangat stereotip. 

Antara gangguan autistik, sindrom asperger, dan PDD-NOSS, memiliki perilaku maladaptif yang mirip. Ketiganya pun sama-sama terganggu dalam aspek kebahasaan dan memiliki gangguan dalam berinteraksi. Namun, bila diteliti lebih mendalam, ketiganya memiliki perbedaan, terutama dalam kemampuan kgonitif yang terlihat dari IQ.

Bila IQ normal adalah 90-110, anak dengan kelainan autistik memiliki IQ di bawah normal. Sekitar 75%-80% pengidap kelainan autistik memiliki IQ di bawah 60. Anak dengan PDD-NOS biasanys memiliki IQ normal, dan anak dengan sindrom asperger malah memiliki IQ jauh di atas rata-rata yang bisa mencapai lebih dari 130.

Sindrom rett
Sindrom rett bila dilihat secara sekilas mirip dengan asperger. Namun, ternyata ada perbedaan ketika diteliti mendalam, yaitu kelainannya baru muncul ketika usia anak sudah lebih dari 18 bulan, yakni setelah anak mengalami pertumbuhan normal lebih dulu.

Perilaku yang khas dalam sindrom rett tahap awal adalah tangannya senang meremas-remas, lalu dalam tahapan berikutnya jadi sering bertepuk tangan. Di sinilah sering tertukar dengan autisme karena sama bentuk perilaku maladaptifnya. Anak juga akan kehilahgan kemampuan komunikasinya, tadinya ada interaksi lalu hilang. Ini pun jadi mirip dengan autisme. Namun, rett memiliki perbedaan. Sindrom ini hanya terjadi pada anak perempuan. Anak dengan rett juga mengalami pengecilan lingkaran kepala dan sering bernapas cepat, gejala itu tidak ada dalam autisme.

Childhood disintegrative disorder
Kelainan ini menunjukkan perilaku yang mirip dengan autisme. Serupa dengan sindrom rett, sang anak mengalami lebih dulu pertumbuhan normal, lalu mengalami kemunduran. Anak yang sudah tumbuh normal akan kehilangan kemampuan interaksi dan komunikasinya. Ia tidak lagi bisa mengenali orang lain dan keluarlah perilaku yang mirip autisme seperti menjilat atau mencium segala sesuatu yang dipegangnya.

Gifted
Ada juga kelainan yang mirip asperger karena memiliki IQ jauh di atas rata-rata yaitu gifted. Di bawah usia 3 tahun, anak-anak gifted sering diduga mengidap autisme. Ia memiliki perilaku yang maladaptif seperti menepuk tangan.

Akan tetapi, autisme lebih lengkap perilaku maladaptifnya, gifted tidak. Anak gifted itu tidak bisa diam karena mengeksplorasi dan memahami situasi dan konteksnya, pada autisme tidak. Ketika anak gifted mengepakkan tangannya, itu karena ada yang membuat dia excited, pada anak autisme tidak. Di atas 3 tahun, anak gifted mengalami perkembangan bahasa dengan bisa memahami ketika diajarkan tentang suatu benda. Anak dengan autisme bisa paham setelah intervensi dengan terapi tahunan.

Disabilitas intelektual
Kelainan itu diperlihatkan dengan angka IQ yang jauh di bawah normal, yaitu di bawah 70. Ada beberapa gradasi tingkat IQ, yaitu ringan (50-69), sedang (35-49), berat (25-34), dan sangat berat (di bawah 25).

Anak yang IQ-nya di bawah normal sering memperlihatkan perilaku yang mirip dengan autisme. Ada autistic behaviour yang muncul tetapi tidak lengkap bila dibandingkan dengan anak dengan autisme.

Kita bisa temukan anaknya juga suka bertepuk tangan, tetapi perilaku maladaptifnya tidak komplet. Anak dengan disabilitas intelektual bisa berinteraksi karena dia tidak memiliki gangguan itu.

Expressive language disorder
Kelainan itu juga memperlihatkan perilaku yang mirip autisme karena anak terlihat seperti memiliki gangguan kebahasaan. Padahal, anak dengan gangguan ini memiliki kemampuan bahasa reseptif yang bagus, tetapi dia tidak bisa melakukan komunikasi dengan bahasa ekspresif. Misalnya, bila anak disuruh melambaikan tangan maka dia akan paham dan melakukannya. Namun, anak itu mengalami gangguan untuk bisa mengungkapkan bahasa ekspresif. 

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Sumber Informasi di Google News