Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
iklan space 728x90px

Perusahaan Sukanto Tanoto Mengajari Masyarakat Mengolah Sampah Menjadi Rupiah

Source: Inside-rge.com

Sampah sudah menjadi masalah serius di masyarakat. Pengelolaan yang baik merupakan kunci untuk penuntasan masalahnya. Ini dilakukan oleh unit-unit bisnis di bawah naungan Royal Golden Eagle (RGE) yang didirikan oleh pengusaha Sukanto Tanoto.
RGE memiliki delapan unit bisnis yang bergerak di industri sumber daya alam. Salah satunya adalah Asian Agri. Mereka merupakan unit bisnis yang beroperasi di sektor kelapa sawit.
Dengan kapasitas produksi hingga satu juta ton per tahun, Asian Agri menjadi salah satu produsen crude palm oil terbesar di Asia. Mereka mengelola lahan perkebunan seluas 196 ribu hektare yang 96 ribu di antaranya dikelola oleh petani.
Sebagai perusahaan di bawah naungan RGE, Asian Agri dituntut untuk ikut aktif menyebarkan semangat kepedulian lingkungan. Ini telah dilakukan dengan berbagai cara. Satu di antaranya dengan menggelar program Bank Sampah yang memungkinkan masyarakat mendapat penghasilan dari kegiatannya.
Program tersebut diwujudkan secara nyata dalam pelatihan-pelatihan kepada masyarakat. Perusahaan Sukanto Tanoto tersebut bekerja sama dengan Tanoto Foundation untuk mengajari warga memanfaatkan sampah menjadi hal yang berguna. Contohnya ialah mengubahnya menjadi berbagai jenis kerajinan yang akhirnya bernilai jual tinggi.
Salah satunya dilakukan di Desa Air Emas, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan pada Agustus 2016. Ketika itu, Asian Agri juga menggandeng Badan Lingkungan Hidup untuk memberi pelatihan kepada warga dalam membuat cinderamata dari sampah.
“Kebanyakan orang akan berpikir bahwa sampah adalah hal yang kotor dan merusak lingkungan. Padahal dengan kreativitas ternyata sampah itu bisa kita sulap menjadi rupiah. Oleh karena itu maka hari ini Asian Agri, BLH Kabupaten Pelalawan dan Tanoto Foundation melakukan pelatihan pengelolaan sampah,” kata Head Sustainability & CSR Asian Agri, Welly Pardede. “Harapan kami pelatihan dapat meningkatkan kreativitas warga sehingga kedepan lebih banyak produk-produk daur ulang yang bisa dihasilkan, yang bermanfaat bagi banyak orang serta menambah pundi-pundi masyarakat.”
Sebelumnya Asian Agri sudah membuat program serupa di Desa Air Hitam. Di sana mereka terlebih dulu membuat bank sampah yang dinamai sebagai Bank Sampah Asri. Melalui kegiatan tersebut, warga diajak untuk memilah sampah dan mengumpulkannya dalam satu wadah.
Bagi para warga, sampah dinilai sebagai tabungan. Nanti warga bisa mendapatkan hasilnya dari hasil penjualan sampah. Oleh sebab itu, semakin banyak sampah yang dikumpulkan, hasil yang didapat bertambah banyak.
Setiap bulan rata-rata ada 1 hingga 1,15 ton sampah yang dikumpulkan. Sesudah dijual, sampah yang dikumpulkan mampu menghasilkan uang sekitar Rp2 hingga Rp2,5 juta per bulan. Dana itu kemudian dibagi ke masyarakat sebagai pihak yang menabung.
Kegiatan itu sudah berjalan baik, namun Asian Agri ingin menambahkan bentuk pemanfaatan sampah yang lain selain dijual. Mereka memilih untuk mengajari warga untuk bisa memanfaatkan sampah sebagai bahan untuk membuat kerajinan.
Oleh sebab itu, mereka melakukan pelatihan selama dua hari di Desa Air Emas. Dalam pelatihan tersebut ada sekitar 30 peserta yang ikut serta. Mereka dilatih membuat kerajinan seperti tas, tempat tisu, dan berbagai jenis hiasan.
Kegiatan itu dirasa positif. Sebab, sesudahnya warga mampu mempraktikkan dengan baik. Pasalnya, pihak Asian Agri dan Tanoto Foundation tidak hanya memberi pelatihan sekali saja. Mereka juga mengirimkan pendamping yang melatih secara langsung. Itu membuat keterampilan warga meningkat pesat sehingga mampu membuat kerajinan yang bernilai jual.

BEKERJA SAMA DENGAN PEMERINTAH

Source: Inside-rge.com

Agar pemanfaatan sampah menjadi kegiatan yang berkelanjutan, Asian Agri menggelar kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat. Perusahaan Sukanto Tanoto ini meneken Memorandum of Understanding (MoU) antara instansi pemerintah dan Bank Sampah.

Atas kerja sama dan dukungan Asian Agri, masyarakat yang diwakili Direktur Bank Sampah Asri, Satori dan Camat Ukui Basyarudin berterima kasih. Mereka berharap agar pembinaan dapat terus dilakukan secara berkesinambungan sehingga lingkungan terjaga dan produk-produk kreatif yang memiliki nilai ekonomis dapat menjadi salah satu sumber penghasilan tambahan masyarakat.

Sementara itu, pihak warga juga mengapresiasi inisiatif Asian Agri dalam menggelar pelatihan pembuatan kerajinan dari sampah. Yusnita dari Desa Air Hitam merasa berterima kasih dan mengharapkan kegiatan terus dilakukan agar masyarakat semakin terampil.

“Kami sangat berterima kasih atas pelatihan pengelolaan sampah yang telah dilakukan perusahaan. Kami berharap agar bimbingan dan dukungan dari perusahaan dapat terus berlanjut, sehingga kami semakin ahli dalam berkreasi untuk mengelola limbah sampah agar dapat menghasilkan rupiah,” katanya.

Harapan Yustina maupun warga masyarakat lain terpenuhi. Perusahaan Sukanto Tanoto itu memang akan menjalankan program Bank Sampah dan pemanfaatan sampah secara kontinu. Mereka bahkan berniat untuk terus mengembangkannya ke lain daerah.

Hal itu memang sesuai dengan arahan pendirinya, Sukanto Tanoto. Mereka diwajibkan untuk melakukan segala bentuk upaya untuk menjaga keseimbangan iklim. Pemanfaatan sampah agar tidak merusak lingkungan merupakan salah satu wujud konkret.

Namun, dalam operasional perusahaan sehari-hari, Asian Agri juga memegang prinsip keberlanjutan. Dimulai dari pengelolaan perkebunan, mereka mendasarinya kepada berbagai langkah bersahabat dengan alam.

Saat ini, bersama lebih dari 30 ribu petani yang menjadi mitra, perusahaan Sukanto Tanoto itu mengelola perkebunan dengan konsep berkelanjutan. Hal itu dibuktikan dengan beberapa sertifikasi yang diraih. 

Kini, Asian Agri tercatat sudah memiliki sertifikat Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO). Mereka telah menjadi anggotanya sejak 2006 dan memperoleh sertifikat pertamanya pada 2010. Namun, pada 2018, mereka menargetkan semua perkebunannya telah disertifikasi.

Selain itu, perusahaan Sukanto Tanoto tersebut mempunyai sertifikat International Sustainability & Carbon Certification (ISCC). Ini merupakan sistem sertifikasi global yang terbentuk berdasarkan EU Directive untuk tanaman pertanian dan perkebunan sebagai bahan baku mentah untuk memproduksi biofuel, makanan, pakan, dan bahan kimia. Semua perkebunan Asian Agri telah mendapatkanya sejak 2013.

Satu sertifikat keberlanjutan yang tidak bisa dilupakan adalah Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Asian Agri sudah menjadi anggota dan mulai mendapatkan sertifikasi pada 2013. Pada 2018, mereka menargetkan semua lahan perkebunannya sudah sesuai standar ISPO.

Bukan hanya itu, Asian Agri juga menjamin semua bahan bakunya dapat dilacak. Mereka menciptakan sistem penelusuran Tandan Buah Segar yang transparan. Dengan itu, perusahaan Sukanto Tanoto itu menjamin pasokan kelapa sawit yang diterima berasal dari pengelolaan terbaik dan kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan.

Sementara itu, terkait operasional, Asian Agri mampu menekan penggunaan energi fosil. Mereka mengolah limbah sisa produksi menjadi sumber energi listrik. Ini membuat perusahaan Sukanto Tanoto ini membangun instalasi pembangkit biogas dengan teknologi methane capture

Saat ini, Asian Agri memiliki 7 pabrik biogas berjalan di Sumatra Utara, Riau dan Jambi. Biogas plant ini akan menangkap gas metana yang dihasilkan dari sistem open-pond pada Palm Oil Mill Effluent (POME) di pabrik. Perusahaan Sukanto Tanoto ini berencana untuk memiliki 20 pabrik biogas pada tahun 2020 yang berdampak signifikan dalam mengurangi jejak karbon.

Maman Soleman
Maman Soleman Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Sumber Informasi di Google News